Ryan Sebastian is producer, director and screenwriter of Unbalanced Corner, Unfinished Book (Sudut Tak Sama Dalam Buku yang Tak Terbaca), winner of Best Young Filmmaker (aged 13-18 years). Ryan’s film is about the ongoing struggle to right gender imbalances in our everyday lives.
What got you interested in making short films?
Saya tertarik membuat film pendek karna saya yakin bahwa dengan film saya bisa menceritakan apa yang menjadi keresahan saya, saya menganggap bahwa film itu adalah tuhan, yang dimana kita harus bisa berbicara jujur.
Tell us about Unbalanced Corner, Unfinished Book. What was your inspiration for the film?
Inspirasi film ini sebenarnya tidak ada tapi saya sadar bahwa kesetaraan itu sangat penting.
Where was the film made? How many people made up the cast and crew? How long did it take to shoot and how long was post-production? Why did you decide to shoot in black & white?
Film ini dibuat di Jakarta, kru film ini hanya dua orang, proses pembuatan untuk semuanya hanya 3 – 4 hari. Mengambil B&W adalah keputusan yang baik menurut saya karna situasi cahaya yang tidak konsisten.
How do you think Australian audiences will respond to your film?
Menurut saya mereka akan merasa terbawa dan mengalir karna selama 5 menit tidak ada cut yang diberikan.