Home ยป Q&A: ReelOzInd! 2019 pemenang Penghargaan Jim Schiller & Dokumenter Terbaik Melanie Filler (Posko Palu)
Berita

Q&A: ReelOzInd! 2019 pemenang Penghargaan Jim Schiller & Dokumenter Terbaik Melanie Filler (Posko Palu)

Posko Palu adalah sebuah film dokumenter mengenai anak-anak yang terdampak serangkaian gempa bumi dan tsunami yang melanda Sulawesi Tengah pada September 2018, dengan sekitar 4,340 jiwa menjadi korban di kota Palu dan sekitarnya.

Melanie Filler adalah produser dari Posko Palu, yang mendapatkan penghargaan Jim Schiller untuk Kolaborasi Terbaik antara Sutradara Australia dan Indonesia dan Film Dokumenter Terbaik pada ReelOzInd! 2019.

Kapan, mengapa, dan bagaimana tim kolaboratif Anda memutuskan untuk membuat film bersama?

Pada saat itu tidak banyak informasi dan hanya dampak nyata yang diketahui. Saat tajuk berita mempercepat gambar yang kami lihat sangat familiar. Terjadi gempa bumi di Lombok sebulan sebelumnya, dan kami baru saja menyelesaikan sebuah film yang mengeksplorasi perjalanan menuju pemulihan di provinsi Aceh, Indonesia, yang paling menderita dari dampak Tsunami Samudra Hindia 2004. Kami memiliki dorongan, untuk berkontribusi pada situasi di Palu, dan mempertimbangkan kemampuan dan sumberdaya kami, itu haruslah sebuah film.

Apa tujuan tim dalam membuat film ini?

Kami ingin menunjukkan belas kasih dan solidaritas kami sebagai tetangga dari Australia dan seluruh Indonesia dan membantu menyampaikan pengalaman keluarga di Palu. Kami fokus untuk memahami bagaimana dampak bencana dan pemindahan bagi anak-anak. Anak-anak adalah di antara yang paling rentan pada saat kekacauan, sementara suara dan kekhawatiran mereka sering tidak terdengar. Dengan pengalaman pemindahan menjadi hal yang lazim di seluruh dunia, kami ingin menjelajahi masalah mendalam ini dari perspektif anak muda.

Kami berharap film ini memunculkan pemahaman dan empati yang lebih dalam terhadap situasi anak-anak di Palu dan menyoroti ketangguhan luar biasa kaum muda dalam krisis. Jika itu bisa digunakan untuk memotivasi diskusi dan pendidikan seputar penurunan risiko bencana di wilayah itu, akan lebih bagus.

Berapa lama Anda di sana untuk membuat film, dan berapa saat setelah bencana Anda tiba?

Kami tiba di Palu 10 hari setelah bencana. Butuh waktu 3 hari untuk mengemudi ke Palu dari Makassar di Sulawesi Selatan dimana kami bertemu, menyewa mobil dan mengisi perbekalan. Kami membuat film di Palu selama kurang lebih satu minggu.

Jelaskan pikiran dan lingkungan sekitar Anda saat pertama kali tiba di Palu.

Di pinggiran Palu anak-anak berkumpul di pinggir jalan mengejar mobil dan truk bantuan dengan mengharap sumbangan dan makanan ringan. Di sekitar Palu, kerusakan fisik sangat parah. Bangunan-bangunan besar hancur, bongkahan jalan terbuka lebar dan seluruh rumah, di area yang terkena pencairan tanah, terseret dan ditelan lumpur.

Yang paling menantang adalah ratusan tempat perkemahan darurat yang bermunculan di setiap sudut dan celah kota. Para keluarga tidak punya pilihan lain untuk berlindung dan berkemah di ruang terbuka di mana-mana. Di kamp-kamp ini kami bertemu seorang ibu dengan bayinya yang baru lahir dan seorang lelaki tua yang berjuang melawan kanker membawa kateter bersamanya.

Images: Posko Palu on Facebook

Anak-anak tampaknya mampu melupakan tragedi itu untuk waktu tertentu. Apakah Anda merasa ini hanya sebuah kejadian, atau memang selalu seperti itu?

Anak-anak sangat ulet, membantu keluarga mereka dengan tugas-tugas dan berkontribusi pada kegiatan rutin kamp. Seperti yang Diva tunjukan dalam film, setelah semua yang dilakukan ada waktu untuk hanya bermain dengan teman-temannya. Ada juga banyak waktu yang dihabiskan dengan gelisah, kecewa, lesu menunggu dalam panas atau hujan. Tetapi setiap kali ada relawan penyembuhan trauma tiba, anak-anak akan berlari ke arah mereka dengan penuh semangat untuk bermain dan belajar. Melihat transformasi dan kemampuan anak-anak untuk tetap bermain sangat menghangatkan hati. Sulit untuk mengetahui apakah mereka bisa melupakan tragedi di saat seperti ini, begitu cepat, setelah bencana saya pikir sebagian besar dari mereka masih syok.

Apakah orang-orang dewasa berbeda?

Orang-orang dewasa sering berduka tapi masih ada saat-saat tawa yang akan meletus dan membawa kelegaan bagi semua. Suatu malam hujan turun, tenda-tenda mulai basah kuyup dan semua orang berkumpul di bawah beranda memilah-milah pakaian yang disumbangkan. Ada banyak pakaian wanita dan beberapa pria mulai mengenakannya dalam kombinasi yang konyol, menari dan berpose bersama anak-anak untuk menghibur semua orang.

Menonton ‘Posko Palu’ sekarang, dan pilih film favorit anda

Tindakan apa yang Anda harap dilakukan untuk mendukung proses pemulihan?

Satu tahun kemudian 57,000 orang masih tidak memiliki rumah dan hidup dalam kamp yang sempit. Banyak yang belum menerima pembayaran bantuan pemerintah dan merasa kebutuhan mereka belum didengar. Kami berharap ada konsultasi masyarakat yang lebih besar di masa depan dan bahwa mereka yang selamat akan segera menerima bantuan keuangan dan dukungan yang mereka butuhkan untuk membangun kembali kehidupan mereka.

Kami juga berharap ada lebih banyak diskusi dan pendidikan di Indonesia mengenai apa yang bisa pemerintah dan masyarakat lakukan untuk memitigasi risiko di suatu wilayah yang rentan terhadap bencana alam. Palu memiliki sejarah bencana alam secara berkala dan hasil penelitian yang menunjukan risiko yang sedang berlangsung di daerah-daerah tertentu sebagian besar diabaikan ketika kota berkembang.

Baru-baru ini kami mengetahui ada tradisi kearifan lokal yang kaya (seperti lagu pengantar tidur dan nama tempat) yang memandu masyarakat melalui risiko bencana. Ada tim pembuat film lokal yang luar biasa yang bekerja dengan masyarakat Palu untuk mengumpulkan, menghidupkan kembali, dan mengadaptasi pengetahuan lokal ini ke dalam strategi mereka sendiri agar lebih siap.

Pertanyaan apa yang tersisa tentang subjek Anda? Dalam tema atau arah apa Anda akan tertarik jika membuat film dokumenter lanjutan?

Jika kami membuat film dokumenter lanjutan, kami akan terus mengamati ritme harian kehidupan Kesya, Diva, dan Akbar, bagaimana mereka menyesuaikan diri dengan lingkungan mereka di kamp yang berbeda dan kembali ke sekolah masing-masing. Kita dapat mengeksplorasi bagaimana mereka harus berubah dan beradaptasi sebagai pemuda, bagaimana orang tua dan teman-teman mereka mengatasi, apa yang mereka lakukan untuk bersenang-senang, hal-hal apa yang membuat hidup terasa normal dan bagaimana mereka menghadapi trauma masa lalu dan terus menerus dalam kecemasan. Kami tertarik pada bagaimana aspirasi dan peluang mereka berkembang ketika mereka menjadi remaja dan perspektif mereka tentang situasi di Palu – apa yang sedang dilakukan untuk dan di dalam masyarakat untuk memulihkan dan mencegah bencana di masa depan.

Lebih lanjut mengenai Posko Palu, kunjungi Laman Facebook film tersebut. Jika Anda tertarik dengan Filler’s Hope St Productions, kunjungi laman Facebook dan Instagram mereka.